Senin, 15 Desember 2008

cerpen 2

Satu yang Berharga

Prissa, Vina, dan Tery adalah 3 Diva dari SMA Chatalunya, salah satu sekolah terfavorit yang ada di Jakarta. Mereka mendapat julukan 3 Diva bukan karena pandai menyanyi seperti 3 Diva Pop Indonesia, tapi karena kemana pun mereka berada pasti selalu bersama, sejak SMP mereka sudah bersahabat, dan yang palig penting mereka selalu menjadi rangking parallel di sekolah mereka. Mereka selalu bersama-sama dalam keadaan apapun.

Pada suat hari Bapak Kepala Sekolah memanggil mereka bertiga. Dalam hati mereka, bertanya-tanya apa kesalahan yang mereka perbuat sehingga Bapak Kepala Sekolah memanggil mereka.

“Priss memangnya kita pernah telat ya?” Tanya Tery pada Prissa.

”Perasaan kita selalu datang tepat waktu, nggak pernah telat. Ah nggak tahulah kita lihat aja nanti Ya udah mendingan sekarang kita temui Bapak Kepala Sekolah, nanati keburu beliau naik darah.” Jawab Prissa

”Yuk.....Kita segera kesana.” Ajak Vina

Setibanya di kantor Bapak Kepala Sekolah, mereka bertanya pada beliau apa kesalahan mereka sehingga dipanggil untuk menghadap beliau.

”Selamat siang Pak...Sebenarnya kami punya kesalahan apa Pak, sehingga kami dipanggil untuk menghadap pada bapak?” Tanya Prissa

”Oh....Kalian tidak melakukan kesalahan apapun, kalian selalu tertib, disiplin, dan prestasi kalian semakin hari semakin baik. Dan karena hal itu, maka Bapak akan mendaftarkan kalian dalam kompetisi Science se-Indonesia. Dan untuk pembekalan kalian maka Bapak akan menyiapkan mentor dari salah satu universitas terfaforit yang ada di Indonesia, dan jika perlu bapak akan mendatangkan Mr. Education dari universitas Canbridge Australia. Dan untuk persiapan menuju olimpiade tersebut maka sepulang sekolah kalian harus mengikuti jam tambahan. Bapak harap mulai sekarang kalian harus lebih giat untuk belajar, dan kalian harus menunjukkan prestasi kalian yang lebih baik lagi. Kalian siap?” Bapak Kepala Sekolah menjelaskan

”Kita sangat berterima kasih sekali karena bapak memberikan kepercayaan pada kita, tapi bukankah akan lebih baik lagi kalau diadakan seleksi dan bagi teman-teman yang mendapat nilai terbaik akan mewakili sekolah kita untuk mengikuti olimpiade tersebut, supaya tidak terkesan pilih kasih.” Jawab Prissa

“Kita sudah tahu bahwa selama hampir dua tahun kalian bersekolah disini, kalian yang menjadi terbaik dan kalian punya kesadaran yang tinggi untuk belajar tanpa harus diperintah. Bapak yakin kalian yang pantas untuk mewakili sekolah kita. Bapak harap kalian bisa membuktikan pada bapak jika bapak tidak salah memilih kalian. Jangan kecewakan bapak.” Tukas Bapak Kepala Sekolah

“Kalau itu memang amanah yang harus kami laksanakan, kami akan berusaha semaksimal mungkin.” Jawab Vina

“Ya....Bapak yakin kalian tidak akan mengecewakan bapak.Sekarang kalian boleh kembali ke kelas dan mengikuti pelajaran kembali, dan bapak harap kalian bisa memulai jam tambahan besok sepulang sekolah.”

“Baik Pak.....Kami kembali ke kelas dulu dan selamat siang.” Vina, Prissa, dan Tery memberi salam pada Bapak Kepala Sekolah.

“Selamat siang.”Jawab Bapak Keapala Sekolah

****

Keesokan harinya mereka sudah mempersiapkan untuk mengikuti pelajaran tambahan. Dan seperti biasa mereka selalu berangkat bersama-sama dan yang selalu mendapat bagian sebagai supir adalah Prissa, karena dari ketiga cewek ini Prissalah yang sudah diperbolehkan untuk naik mobil. Kalau Tery tidak akan mungkin diperbolehkan membawa mobil sebelum ia masuk ke Universitas yang Favorit, sementara Vina jangankan membawa mobol ke sekolah, naik motor saja tidak pernah karena ayahnya telah meninggal sejak ia berumur tiga tahun, dan ibunya hanya penjual gado-gado.Uang hasil menjual gado-gado hanya cukup untuk membiayai sekolah Vina dan untuk makan sehari-hari. Meskipun demikian Tery dan Prissa tidak pernah melihat Vina dari materinya, justru mereka salut pada Vina.Walaupun dia seorang yatim piatu, tidak membuat dirinya patah semangat, justru ia selalu memberi semangat pada Tery dan Prissa. Dan hal itulah yang membuat persahabatan mereka tetap awet selama ini.

****

Pada suatu hari setelah megikuti jam tambahan Vina meminta ijin pada Tery dan Prissa untuk tidak pulang bersama mereka, karena ia harus menjenguk pamannya yang sedang sakit.

“Priss, Ter hari ini aku nggak pulang sama kalian ya....soalnya aku harus menjenguk pamanku yang sedang sakit.” Vina meminta ijin pada Tery dan Prissa

“Kita bisa anter kamu ke rumah paman kamu, skalian kita biar tahu rumah paman kamu ada dimana.” Jawab Tery yang disertai Prissa

“Udahlah kalian nggak usah nagnter aku, lagian bukannya kalian ada jadwal les. Mendingan kalian cepetan pulang dan berangkat les, biar besok aku bisa pinjam buku les kalian.” Vina mencoba membujuk Tery dan Prissa, meskipun dalam hatinya gundah karena ia tidak mungkin menceritakan hal yang sebenarnya pada Tery dan Prissa bahwa ia sebenarnya akan menjenguk pamannya yang ada di penjara.

“Tapi..........Beneran kamu nggak apa-apa sendirian?”

“Ya tenang aja aku nggak pa-pa kok. Sampai ketemu besok ya.....Bye...”

“Ya udah deh kalau mau kamu begitu, tapi kalau kamu barubah pikiran kamu telepon HP kita aja ya...Sampai ketemu besok....Bye...”

Akhirnya Tery dan Prissa pergi meninggalkan Vina di pelataran sekolah. Walaupun dalam hati mereka muncul banyak banget pertanyaan.

“Priss kenapa ya Vina nggak ngebolehin kita buat ikut sama dia jenguk pamannya? Padahalkan kan selama ini kemana-mana kia selalu bareng. Apa lagi kalau pergi ke keluarganya Vina, kita pasti paling rajin. Atau mungkin ada yang Vina sembunyiin dari kit”

“Mungkin dia belum siap buat kasih tahu keadaan yang sebenarnya. Tapi gimanapun juga kita harus tetap menghormati dia, karena dia juga punya hak pribadi untuk menyimpan masalahnya sendiri yang mungkin dia ngrasa nggak boleh ada orang yang tahu tentang masalahnya tersebut. Tapi kalau suatu saat dia sudah siap buat cerita ke kita, dia pasti akan cerita. Udahlah jangan mikir yang negatif dulu. Oh ya kamu nanti berangkat les bareng aku pa dijemput sama pacar kamu?”

“Aku nanti bareng ma Jacob aja, soalnya habis les dia ngajak aku buat cari buku tentang psikolog, skalian aku mau cari materi tambahan buat persiapan olimpiade.”

“Kamu enak ya Ter, kamu bisa ketemu cowok kamu walaupun nggak setiap hari. Tapi kalian kan masih bisa nglewatin weekend bareng-bareng. Sementara aku harus ngejalanin hubungan jarak jauh.”

“Kamu nggak boleh gitu donk...Kamu harus tetap bertahan, lagian disana dia kan buat bawa nama harum Bangsa Indonesia. Jadi kamu harus tetep ngasih support ke dia. Kan kalian bisa komunikasi pakek telepon atau Chatting.”

“Ya kamu bener juga sich...Aku bisa kayak gini juga berkat bantuan dia. Dia yang selalu memotofasi aku supaya aku bisa kayak dia, bahkan lebih baik dari dia.”

Akhirnya mobol yang mereka tumpangi berhenti di depan rumah Tery.

“Thank’s ya Priss. Sampai ketemu besok dan hati-hati di jalan.”

“Ya...Sampai ketemu besok juga.”

Mereka pulang ke rumah dan melakukan aktivitas yang telah disusun sebelumnya.

****

Keesokan harinya setelah pulang sekolah Vina meminta ijin kembali pada Tery dan Prissa, bahwa dia tidak bisa pulang bersama mereka kembali. Dan kejadian tersebut terjadi selama seminggu. Tery yang tidak sabar dalam menghadapi perlakuan Vina, mendatangi Vina saat pulang sekolah dan meminta penjelasan pada Vina tentang apa yang sedang terjadi.

“Vin sebenarnya ada apa sich? Sekarang kamu tu dah berubah, nggak seperti Vina yang aku kenal dulu. Kamu sebenernya masih ingat nggak sich tentang apa yang pernah kita ucapin waktu SMP? Kita janji bahwa kita akan selalu bersama dalam keadaan apapun. Dan kenapa sekarang disaat kita harus menjalin hubungan yang lebih baik dalam menghadapi olimpiade, kamu harus kayak gini sih Vin...? Apa yang sebenarnya terjadi sama kamu?”

“Ter jangan emosi kayak gitu, kita bisa nylesein masalah ini secara baik-baik.” Prissa berusaha menenangkan Tery

“Aku nggak kenapa-kenapa Ter, aku lagi bingung aja buat persiapan olimpiade, aku ngrasa aku nggak pantas buat ikut.”

“Tapi kenapa Vin? Bukannya kamu yang menyetujui bahwa kita akan menjadi wakil sekolah dalam perlombaan itu?” Vina mulai tidak sabar

“Aku anak orang tak punya. Hidup aku selalu kekurangan, dan aku nggak pantes buat jadi temen kalian.”

“Apa kamu bilang. Kamu bilang kamu nggak pantes buat jadi temen kita? Kita atau kamu? Kenapa kamu baru bicara begitu setelah kita ngejalanin persahabatan ini selama lima tahun? Kenapa? Apa selama ini kita pernah peduli akan materi kamu? Apa kita pernah tanya sama kamu kenapa kamu selalu pinjam buku les kita? Apa selama ini kita pernah ngrendahin kamu, mencaci kamu, mencemooh kamu, dan tanya sama kamu, kenapa kamu bisa bersekolah disini?”

“Nggak............Kalian nggak pernah punya salah sama aku, tapi aku yang udah bersalah sama kalian. Aku nggak jujur sama kalian. Kalian tahu kenapa akhir-akhir ini aku tidak pernah pulang bersama kalian? Itu karena aku harus menjenguk paman aku, tapi ia tidak tinggal di sebuah rumah, melainkan di sebuah penjara....Kalian tahu bagaimana perasaan aku waktu kalian mulai curiga sama aku? Aku takut, aku takut kalian akan membuntutiku dan akhirnya kalian tahu keadaan yang sebenarnya. Bahwa salah satu anggota keluarga aku ada yang di penjara gara-gara ketahuan mencuri. Aku takut ketika kalian akan tahu keadaan yang sebenarnya, kalian akan menjauhiku, mencercaku karena aku seorang yang miskin mempunyai saudara seorang pencuri. Aku takut, kalian akan menganggap aku sama dengan pamanku. Aku takut......”Vina mulai menjatuhkan air matanya

“Vin kamu lupa, kalau kita nggak akan ninggalin kamu gimanapun keadaan kamu. Kita adalah satu tubuh, jika salah satu anggota tubuh kita ada yang terluka maka anggota tubuh yang lain juga akan ikut merasakan. Kita nggak akan ninggalin dan memvonis kamu dengan predikat yang nggak pernah kamu lakuin. Kita tetep sahabat kamu, gimanapun keadaan kamu. Ya kan Ter?”

“Ya kita adalah sahabat, dan selamanya akan tetap bersahabat. Maafin aku ya Vin, tadi aku agak emosi. Habis kamu juga sih pakek nggak mau cerita masalah kamu sama kita, pakek acara ngejauhin kita lagi. Pokoknya mulai sekarang nggak ada yang boleh dirahasiain, kalaupun ada yang mau disimpan sendiri, nggak boleh ngejauhin kita. Kamu kan bisa bilang ke kita, kalau kamu pengen nyimpen rahasia kamu sendiri. Biar nggak terjadi salah faham kayak gini lagi.”

“Ya aku juga minta maaf, aku dah nggak jujur sama kalian. Maafin aku ya...?”

“Ya kita berdua sudah maafin kamu kok. Oh ya, kamu mau jenguk paman kamu nggak? Kalau boleh sih kita mau ikut jenguk keana?”

“Ya aku mau ke sana. Kalian beneran mau ikut ke sana?”

“Yah penyakitnya kumat lagi nih.....Capek deh....”

“Ya udah kita kesana sekarang aja. Yuk...” Jawab Vina dengan mengusap air matanya.

“Yuk ya...Yuk...” Mereka bertiga pergi dengan perasaan gembira dan berbagi tawa.

Setelah dapat menyelesaikan permasalahan yang mereka hadapi, akhirnya mereka bisa lebih fokus pada sekolah, terutama olimpiade. Berkat kegigihan mereka, ketlatenan dan dukungan yang diberikan oleh mentor, Bapak Kepala Sekolah, para guru, serta teman-teman, mereka akhirnya mampu menjadi juara dalam kompetisi Science se-Indonesia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar